
KWT dan Poktan Kota Tangerang Selatan Gaspol Urban Farming Bareng BRMP Jakarta
Jakarta, -- (18/06/2025), Urban farming atau pertanian perkotaan terus menunjukkan eksistensinya sebagai solusi pertanian adaptif di wilayah perkotaan. Hal ini terlihat dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Tangerang Selatan di Kawasan Pertanian Terpadu, yang kembali mengangkat tema urban farming sebagai topik utama.
Kegiatan ini menghadirkan penyuluh dari Balai Penerapan Perakitan Modernisasi Pertanian (BRMP) Jakarta, Affan Raffandi, SP sebagai narasumber. Dalam paparanya Affan detil menjelaskan berbagai pendekatan dan teknik pertanian yang relevan dan aplikatif di kawasan perkotaan yang memiliki keterbatasan lahan. Beberapa metode yang disampaikan antara lain adalah vermicomposting (pengomposan dengan cacing), sistem hidroponik, wall garden, serta pemanfaatan lahan sempit untuk produksi pangan rumah tangga.
Pelatihan ini dihadiri oleh 20 peserta yang berasal dari sejumlah Kelompok Wanita Tani (KWT) dan Kelompok Tani (Poktan), antara lain KWT Beringin, KWT Cempaka, Poktan Gardu Tani Buaran, serta perwakilan Poktan dari empat kecamatan yaitu Setu, Ciputat, Serpong Utara, dan Pondok Aren. Kepala DKP3 Tangerang Selatan, Ir. Yepi Suherman, MM, ikut menyemakkan sekaligus membuka pelatihan secara resmi.
Dalam sambutannya, Yepi Suherman menekankan pentingnya urban farming sebagai bagian dari strategi ketahanan pangan lokal. “Pertanian tidak hanya milik desa. Di kota pun kita bisa menghasilkan pangan sendiri dengan teknologi sederhana dan efisien. KWT dan Poktan adalah ujung tombak dalam mewujudkan hal itu, demikian Yepi. Peserta pelatihan tampak antusias mengikuti materi yang disampaikan. Selain paparan teori, kegiatan juga diisi dengan diskusi interaktif dan studi kasus lapangan. Para peserta mendapatkan pemahaman tentang bagaimana cara mengintegrasikan sistem pertanian sederhana ke dalam lingkungan rumah tangga, termasuk cara membuat kompos dari limbah organik rumah, membangun sistem hidroponik vertikal, dan memanfaatkan dinding rumah menjadi kebun vertikal.
Urban farming tidak hanya bermanfaat untuk mendukung ketersediaan pangan keluarga, tetapi juga sebagai sarana edukasi, penguatan komunitas, hingga potensi ekonomi mikro. “Melalui kegiatan seperti ini, kami ingin mengajak masyarakat kota untuk tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga menjadi produsen pangan, meskipun dalam skala kecil,” demikian Affan.
Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen DKP3 Tangerang Selatan dalam mengembangkan pertanian perkotaan yang berkelanjutan dan inklusif, sejalan dengan agenda nasional dalam memperkuat ketahanan pangan di tingkat lokal.
Dengan semangat kolaborasi dan edukasi yang terus digencarkan, diharapkan urban farming tidak hanya menjadi tren sementara, tetapi berkembang menjadi gaya hidup masyarakat kota dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, keterbatasan lahan, dan fluktuasi harga pangan.
Lahan sempit ??? urban farming solusi nya